Analisis Daya Dukung Dan Kebutuhan Lahan Pertanian Di Kecamatan Sebulu

Perhitungan daya dukung lahan (α) menggunakan rumus dari Suhardjo dan Tukiran (1990) yang merupakan konsep gabungan teori Odum, Christeiler, Ebenezer Howard dan Isard

Kelas I jika nilai α>2,47: daya dukung lahan pertanian tinggi, artinya wilayah tersebut mampu swasembada pangan dan memberikan kehidupan yang layak bagi penduduknya

Kelas II jika nilai α≤T≤2,47: daya dukung lahan pertanian optimal, artinya wilayah tersebut mampu swasembada pangan, namun belum mampu memmemberikan kehidupan yang layak bagi penduduknya

Kelas III jika nilai α<1: daya dukung lahan pertanian rendah artinya wilayah tersebut belum mampu swasembada pangan dan belum mampu memberikan kehidupan yang layak bagi penduduknya

X = luas lahan panen (ha) / jumlah penduduk (jiwa) K = Kebutuhan fisik minimum (KFM) = 265 kg beras/orang/tahun / produksi tanaman pangan/ha/th Jumlah Penduduk Optimal (JPO) = daya dukung lahan (α) X jumlah penduduk

KLPR (KPB x Po) (1+r n) / Pr x 0,632

KLPR : Kebutuhan lahan pertanian (ha) KPB : Kebutuhan pangan beras per kapita sebesar 154,1 kg/kapita/tahun (menurut Badan Ketahanan Pangan) Po : Jumlah penduduk pada awal tahun dasar r : Angka pertumbuhan penduduk awal tahun(%)" n : Tahun proyeksi Pr : Produksi lahan rata-rata per hektar (kg/ha) 0,63 : Konstanta peubah dari padi ke beras DATA BPS 2021